Untitled!
Segelintir orang mungkin akan mengira aku orang yang keren, karena bisa berbicara di depan umum dengan baik dan hampir mulus. Beberapa diantara mereka juga meminta trik dan tips agar bisa berbicara dengan baik apabila sedang presentasi atau sekedar ber-partisipasi memberikan pendapat dalam sebuah meeting atau diskusi sederhana. Tips nya adalah, dicoba saja!
Aku juga nggak tau
persis, sejak kapan aku bisa begitu menikmati momen bicara di depan orang
banyak ini, seingatku sejak dulu ketika sekolah aku sering diminta memberi kata
pengantar karena berhasil dapat ranking 1 di kelas, berurut-turut dan
bertahun-tahun lamanya.
Bukan sombong, perlu
diketahui, kalau rangking 1 yang kudapat itu sungguh “biasa saja” karena
sekelas siswa nya hanya 13 orang, kalau aku tidak keliru, kadang tanpa
mengulang pelajaran aku sudah berhasil juara HAHA (karena sainganku minim)
Jadi walaupun dapat ranking,
aku merasa biasa saja kalau dibandingkan dengan sepupu-sepupu ku yang tinggal
di kota lain, bahkan kadang aku minder karena kalau ngobrol seringkali aku
nggak paham hal yang mereka bicarakan.
Tapi ternyata aku
menikmati momen bicara di depan umum itu, bahkan sampai saat ini yang paling
jelas diingataanku kalau aku menyukai “bisa bicara” ini ketika diminta menjadi
MC wisuda di SMK ku dengan bahasa inggris, tanpa penolakan sama sekali, bahkan sangat
menyukainya. Waktu sekolah dulu adalah panggung besar untukku terus ekplorasi
apapun tanpa rasa malu dan enggan, dasar Iga!
Alih-alih saat ini aku
sudah pindah rumah sementara, menempuh penerbangan 3,5 jam dilanjutkan dengan
perjalanan darat 12 jam (3,218.4 km Aceh-Blitar) gigih sekali bukan?
Kalau di bayangkan, sungguh ini adalah keberanian yang cukup
berani untukku dan anak-anak muda lainnya yang ingin mengembangkan potensi diri
yang masih disimpan rapi dan bahkan tidak disadari, karena dengan merantau dan
melihat kota baru sungguh mendidik kepribadian dan karakter dengan tepat
sasaran, wajar saja anak-anak muda dari dulu suka kuliah jauh-jauh dari kampung
halaman dan rumah ibunya, ternyata begini rasanya. Kalau kamu penasaran kamu
harus mencobanya, sungguh sangat menarik lagi menyenangkan -kadang-kadang-
Beruntung juga, mamak dirumah selalu memberikan kepercayaan
atas keputusan yang selalu ku ambil, sama sekali tidak melarang ketika aku
ingin pergi kemanapun.
Rasanya sebagian ilmu parenting
dari mamak ini bisa kuterapkan di kehidupanku berikutnya walaupun harus
melewati beberapa tahapan filtrasi! Biar gak plagiat sepenuhnya karena khawatir
rasa “bodo amat” seperti yang kupunya ini terlalu besar nantinya haha dan juga
mamak yang suka “merepet” itu kadang bikin telinga ini panas, apa darah batak
murni memang seperti itu ya? Konon katanya orang batak zaman dulu suka makan
daging manusia.
(anggota
keluarga yang sudah meninggal tidak dikubur, tapi dagingnya akan di bagi-bagi
untuk anggota keluarga inti lalu dimasak sesuai selera, kata Almh nenek ih
ngeri kali ceritanya pokoknya).
Tapi aku selalu memberikan kepercayaan pada diri sendiri
untuk mencoba apa yang aku ingin coba, apa yang ingin aku lakukan, disamping
aku juga punya banyak kekurangan dan kelemahan yang kalau kukumpulkan tentu
bikin perasaan Insecure dengan kadar seratus persen! tapi mau bagaimana lagi?
aku tidak mahir membuat rencana menahun dengan garansi pasti berhasil. Sejak 2019
dunia ini sudah berubah dan sedikit banyak juga merubah pandaganku terhadap hidup
yang pernah kutargetkan, karena sungguh itu hanya targetku juga terkadang sama
sekali tidak masuk dalam list Lauhul
Mahfudz yang sudah jelas, lantas untuk apa aku berpikir keras untuk hal
yang sebenarnya diluar kendaliku.
Menjalani hidup di Blitar ini ternyata tidak buruk juga,
walaupun aku tinggal di balik hutan jati dan harus menempuh jarak puluhan kilo
agar sampai kota, tapi cukup baik. Karena aku bisa melihat banyak kota lain
yang ada di Jawa Timur ini, mencoba banyak makanan baru dan jajanan yang
sebelumnya belum pernah aku coba, budaya dan aneka kearifan lokal Indonesia dan
mendengar dialeg yang juga asing sebelumnya, mengetahui karakter orang baru
yang bikin kening mengkerut kadang-kadang, dan yang paling penting aku makin
percaya akan kasih sayang dan penjagaan sang pemilik diri ini, Allah Ar-Razzak yang
Ahad sampai kapanpun dimanapun.
Hampir lupa, dulu selama pandemi aku mengisi waktu kosong
dengan menjadi seorang guru kontrak di Yayasan (sudah pernah kuceritakan
sebelumnya juga). Entah kenapa dulu aku merasa itu biasa saja, menjalani
rutinitas menjadi seorang pendidik anak-anak Sekolah Dasar yang energi nya
mirip batu baterai ABC yang selalu joss! Yang tiap pulang ngajar bikin aku udah
serupa zombie, lemah tak berdaya.
Karena mereka juga, aku jadi mendapat bonus tambahan surah
hapalan baru hasil rutin mendengar murojaah dan setor hapalan dari senin sampai
kamis. Aku yang masih muda ini harus menjadi ibu untuk 27 orang anak dan juga
wali kelas untuk 27 pasang orangtua muda hingga paruh baya, sungguh ajaib aku
mampu walau terseok-seok, dan tak jarang juga menitikkan air mata karena merasa
lelah dengan banyaknya aktivitas. Tapi tiap
kali hati ini ngilu, selalu saja ada anak-anak manis yang berhasil membuatku
tertawa terpingkal-pingkal.
Banyak sekali jagoan kelas 2 Al-fill yang tanpa sadar
membuatku menjadi pribadi yang lebih baik, mendadak jadi lebih sabar, lebih
penyayang, lebih pengertian, lebih legowo, lebih tidak emosian (tapi ini
versiku, jangan protes!) HAHA.
Pengalaman menjadi guru itu sungguh modal besar untukku saat
ini, yang dulu selalu ku “kecam” sama Allah, kenapa aku harus pulang dan malah
jadi guru selama belasan bulan. nyatanya banyak benar step kehidupan yang aku
tidak tau gunanya untuk apa dan aku ingin lompati saja ternyata malah menyelamatkanku
saat ini. Maka dari itu sekarang aku manut saja dengan pilihan Allah, sebagai
manusia hanya bisa berusaha dan berikhtiar juga tawwakal, karena lembaran hidup
juga sudah disiapkan oleh Allah, dan aku percaya sepenuhnya.
Berserah yang sesungguhnya adalah ketika kita
sudah berusaha sebaik mungkin lalu menyerahkan hasilnya kepada juri yang maha
benar dan maha adil, maka semua perasaan tidak enak di hati palan-pelan akan beringsut
pergi. Take a deep breath.
For me, It Works!
Comments
Post a Comment