Mind Declutter

 



Nyatanya berpikiran sederhana dan ngga melulu mikiran masa depan dan apa yang harus di “prepare” itu ngga mudah, sama sekali. Beberapa bahan bacaan yang aku pikir sangat relevan untuk disimak belakangan ini juga mengatakan bahwa “pikiran juga butuh di kosongkan”  ibarat gelas yang sudah penuh, maka ngga bisa lagi nampung air atau minuman segar yang akan mengisinya lagi.

Zaman sekarang, percaya atau ngga, sadar atau ngga, banyak orang selalu ramai isi kepalanya dengan hal-hal yang nimbulin perasaan was-was, cemas, takut, khawatir, bahkan ekstrem nya lagi sampai depresi. Padahal kalo kata penulis di buku-buku keren yang laris manis banget di pasaran anak muda seperti buku : seni bersikap bodo amat, berani tidak disukai, the things you can see when you slow down, filosofi teras (buku-buku  ini juga yang aku baca) dan banyak lagi tulisan penulis luar yang isinya enak banget untuk asupan kepala biar gak selalu overthingking, dan merasa selalu kurang sempurna! Karena hakikatnya memang manusia ini ngga ada yang sempurna kan sayang? Kita hanya perlu menikamati hari ini, jalani, dan lakukan dengan sebaik-baiknya.

Makin hari makin sadar kalau apa yang diinginkan memang minta pengorbanan, dari waktu yang habis buat mikirin apa yang sebaiknya dilakukan di masa yang akan datang kalau sekarang gak jor-joran berusaha, gimana nanti mau punya rumah sendiri kalau sekarang masih kerja dengan gaji UMR yang setiap bulan cuma permisi numpang lewat aja di rekening, jarang banget bisa ngendap sampai beranak-pinak, semua itu meramaikan pikiran yang kapasitasnya serupa pasar malam.

Sebenarnya aku sering hampir lupa kalau hidupku itu di saat ini, masa ini, masa sekarang, bukan masa lampau atau masa depan, maka yang harus  dilakukan adalah menikmati dan menjalani nya sebaik mungkin, memang gak semudah kedengarannya. But we are worth it! Kita semua sudah melakukan yang kita bisa lakukan sebaik dan sebisa kita. Walau jauh dari kata sempurna, kita harus bisa menikmati tidur malam yang tuhan sudah siapkan ketika langit nya redup. Kita harus bisa lebih baik lagi besok ketika langit sudah terang lagi, kita hanya perlu berusaha dan berbuat sebaik mungin setiap hari, cukup.

Manusia memang agak kurang oke kan ya kalau pikiran nya pendek dan sempit, makanya suka ngide buat musingin masa depan yang masih jauh banget, dan belum tentu juga umurnya bisa panjang sampai tahun 2030 nanti, tapi pikiran nya udah sampai kesana duluan.

Makin kesini makin sadar kenapa usia dewasa itu butuh : olahraga, makan enak dan sehat, baca buku yang berisi, meditasi pikiran, kurasi hati, ngilangin iri dengki, dan jalan-jalan lebih sering. Karena memang butuh banget! Agar hidup nya gak serem kayak cerita Sara wijayanto atau Naomi.

Kurangi berpikir hal-hal di luar kendali kita : Mikirin pendapat orang lain, pandangan orang lain, harapan orang lain, cita-cita orang lain, kehidupan orang lain, harta orang lain, gelar orang lain, outfit orang lain, gaji orang lain, gaya hidup orang lain, kesenangan orang lain, calon suami orang lain, warisan orang lain, rencana hidup orang lain.

Mari mulai berpikir : aku cukup, aku senang, aku mampu, aku kompatibel, aku berkualitas, aku jujur, aku bangga dengan diriku, aku senang bisa tidur malam dengan nyenyak, aku senang bisa ikut zumba, aku senang bisa istirahat, aku senang beli barang yang kubutuhkan, aku bersyukur, aku berkecukupan.

Kekuatan pikiran itu benar adanya,  berdasarkan pengalaman pribadi yang mungkin ga bisa di bilang penelitian atau temuan ilmiah sama sekali.

Tahun lalu ketika sudah lelah menjadi guru, aku menulis keinginan untuk merantau ke Jakarta.

Aku sama sekali ngga tau caranya gimana ini akan terwujud, karena menjadi pengajar di sekolah pun aku malah menang lomba. Bukan karena pintar, tapi aku berani mencoba. Alhasil mendapat prestasi dan juga banyak murid yang “suka” berinteraksi atau ku ajar kelasnya (beberapa orangtua memeluk dan menciumku penuh haru di saat hari terakhir aku ke sekolah, aku ngga pernah nyangka kalau kehadiranku begitu besar untuk perubahan karakter anak-anak mereka, aku ngga pernah berpikir bisa sabar dan bijaksana jadi guru padahal masih berumur jagung, beberapa menyematkanku “guru idola atau guru cerewet yang suka ketawa” dan bebarapa perubahan karakter anak yang melelehkan hati.


Abim bisa makan bersama teman sekelas setelah setahun lalu selalu menyendiri, dan berhenti menangis kalau lagi kesal, abim bisa bercerita kalau dia lagi kesal dan marah tanpa harus berteriak di kelas, dia bisa menangis tanpa suara menggelegar, dan dia mau berbagi makanan sesama teman nya setelah berhasil kukenali karakter nya.

 

Akram yang berani bilang kalau dia kebelet pup, dia berani bilang kalau dia ngga ngerti caranya belajar, dia berani bilang kalau dia butuh diajarin lagi, dia berani menyampaikan ketidakpahaman nya belajar tanpa takut salah. Aku berhasil membuat mereka tidak takut menyampaikan apa yang meresa rasakan dengan sopan dan jelas.

 

Attaya yang menjadi sangat rajin dan tekun kalau diminta menghapal dan menyelesaikan tugas, selalu belajar dengan penuh takzim, padahal aslinya super lincah!

 

Rayyan yang awalnya sangat agressif mulai kalem ketika keinginan nya tidak kuikuti

 

Jaya yang rajin sekolah karena semangat dan rindu kelas nya, dan mulai berani memegang alat tulis, sebelumnya yang dia kenal hanya tas yang isinya makanan dan mainan, apa itu buku dan pensil?

                                                                                                                                                         

Aga yang akhirnya suka dan selalu pakai parfum karena suka  mencium parfum Giordani yang kupakai tiap pagi.

Puluhan lain nya tidak kusebut, karena akan berisi curhat yang sangat panjang nantinya -

Tapi satu hal yang aku rasakan waktu itu. Aku ingin merantau untuk mewujudkan apa yang sudah aku impikan.  Aku ingin merasakan fasilitas ibu kota dan belajar mengembangkan potensi atau mengenali diriku lebih baik lagi. Ngga berselang lama ada program yang aku daftar dan nyatanya lulus. Sekarang malah domisiliku berubah, I’ve been live in Jakarta, betapa kuatnya kekuatan pikiran bukan?

Malah sekarang ada lagi statement baru, kalau membuat bucket list itu bikin ngga bahagia karena terlalu goals oriented, menurutku itu adalah bumbu penyedap dinamis nya hidup. Untukku bucket list ibarat minum es tebu di tengah panasnya jilatan matahari, menyegarkan dan menyenangkan! Beberapa kawanku berhasil ke Inggris, Australia, Jepang, Amerika, jadi pengusaha, jadi suami-istri,  jadi tuan tanah, karena mereka punya pikiran untuk menjadi itu suatu saat nanti, and its happened nowdays!

Dengan bucket list aku kadang bisa tersenyum sendiri sambil menatap cermin yang sengaja ku beli full body! (biar aku bisa ngaca dengan puas) Aku sering berbicara dengan diriku di depan cermin, aku sering praktek jadi CEO yang nantinya akan di undang public speech, aku sering bicara sendiri dan sok keren sendiri, aku juga sering nangis menatap guratan lelah di wajah yang sempurna ku tutupi setiap hari. Bagiku declutter pikiran yang sebenarnya adalah menghadirkan hati dan diri di kehidupan yang sedang di jalani dan berhenti memikirkan hal lain di luar kendali.


Selamat mencoba untuk decluttering your mind ya :)

Comments

Popular Posts