Kita, Generasi Malas Baca!
![]() |
| pict.google |
Assalamualaikum.. teman – teman yang
baik budinya, #asikk. Makasih udah mau baca lagi tulisan aku yang udah lamaaa
sekali tak kunjung tiba, bahasa keren nya ber-hibernasi. #gayabangedd wkwkwk Terakhir kemarin posting tulisan
bunda Tatty Elmir, itu plagiat bukan ya? Engga deh, itu semacam repost ulang
aja, kayak di instagram. Kenapa milih repost? Kalau kamu belum baca, coba
setelah ini baca deh, judulnya PADA SIAPA RISAU INI KU KABARKAN. Mungkin dapat
pencerahan. Aaminn.
Oke. Aku udah semester 7. Thats mean,
udah tua di kampus. Dan udah lumayan
banyak jumpa orang. Ya ialah, dari lahir juga udah jumpa orang heheheh. Maksudnya
udah banyak teman main dari berbagai latar belakang, mulai dari seniman,
aktivis, akademisi, relawan, hingga pendaki gunung. Semua asik untuk dijadikan
teman sharing berbagai disiplin ilmu.
Oke baik, cukup sudah kata pengantar
yang entah kenapa kutulis lagi dan lagi.
Aku ingin menyampaikan keprihatinan
batin yang membatin ini, bagaimana tidak, setiap kali aku tanya teman-teman, “kenapa
sih gak mau beli buku?” /jawabnya : ‘aku gak suka baca!’ dan ada juga yang
sebenarnya ‘mau baca’ tapi matanya langsung ngantuk, kayak overdoze pil tidur,
ya Allah. Memang banyak godaan-godaan setan yang berwujud dan tidak berwujud,
yuk istighfar lagi! Astaghfirullahaladzim,,
Tau engga, berapa jumlah manusia yang
tinggal di indonesia? Dan itu yang tercatat di statistik, belum yang termasuk
orang-orang pedalaman, ini aku kasih tau ya. Untuk populasi yang masuk kategori usia
produktif (14-64 tahun) 179,13 juta jiwa (67,6%). Dari total jumlah penduduk tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan. Ini data terbaru katanya ‘internet’.
Banyak banget kan? Sampai kita dapat peringkat ke 4 populasi di dunia. Belum lagi
nanti kita bakalan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2030, yang artinya
jumlah penduduk akan terus bertambah hingga puncaknya.
Namun, sayang beribu kali sayang. Banyak
nya jumlah kita di indo belum bisa menciptakan kemakmuran untuk dirinya
sendiri, minimal diri sendiri dulu. Hal ini di karenakan minat baca kita yang
sangat-sangat rendah. 0,001%, bayangkan! Kebanyakan NOL nya coba. Tapi. Parahnya kita
itu malah sibuk nyinyirin orang di sosial media dengan hujatan-hujatan yang tak
apik, aduh. Jangan dipelihara sifat itu. Akhirnya hanya Jadi generasi netizen
coment section.
Tadi, baru aja. Aku benar-benar
mikir, kalau aku sendiri belum banyak baca, aku gak paham tentang feminist
secara detail, aku gak paham kenapa bisa terjadi pemberontakan kaum muslimah di
jerman, yang akhirnya jadi international
solidarity day. Contoh kecilll banget.
Ketahuan deh kalau aku juga bacaan
nya masih cemen, masih cetek. Dan cari ilmu itu memang bagai meminum air garam,
makin diminum makin haus, ya begitu juga dengan bacaan, harusnya kita itu bisa
pakai pikiran kita untuk mikir hal apa yang emang harus dipikirkan, kalau belum
tahu ya dicari tahu, caranya dengan membaca. Inilah mungkin alasan Allah,
kenapa menurunkan ayat pertama kali melalui malaikat jibril itu (iqro) ‘bacalah’.
Karena memang kita harus baca. Kita gak cukup hanya mendengar saja.
Dan kamu pernah gak sih merasa g*bl*k
di antara orang pintar? Aku sering. Karena kurangnya asupan bacaan dan ilmu
yang disuplai atau diserap otak, dan ini rasanya gak enak banget. Memalukan! Masa
iya cewe tulalit, ya Allah jauhkan kami dari golongan orang-orang yang dungu. Makanya
beranjak dari moment-moment seperti itulah, aku memutuskan untuk terus beli
buku perbulan minimal 1, sisihin uang jajan. Karena memang itu kebutuhan primer
yang sifatnya jangka panjang.
Kemarin juga teman ada yang nanya,
kenapa sih kalau baca itu malas bawaanya, dan hawanya ngantuk. Pertama,. Berdoa,
minta ke Allah agar dilindungi dari kemalasan. Dan setiap hal yang muncul di
kepala, kalau belum tahu, ya cari tahu, baca, baca, baca,! Dia harus dipaksa,
jangan mengikuti rasa malas, tapi buatlah rasa malas itu bosan mengikutimu.
Aku juga sering nonton vlog para
pejuang buta aksara, demi Allah, kamu akan nangis melihat perjuangan dan
kekuatan hati mereka. Yang diajarin itu bukan anak-anak loh, tapi orangtua,
mereka semangat dan antusias sekali, demi bisa membaca nama pahlawan yang ada
di uang rupiah kita. Demi bisa membaca pancasila, demi bisa menuliskan indonesia
raya. Lah kita? Internet gampang, buku dimana-mana. Akses gampang, buku? Masih alergi.
Inilah ketimpangan yang ada. Makanya kita
harus pergi dari satu tempat ke tempat lain, seperti yang rasulullah lakukan,
Hijrah dari mekkah ke madinah, dari satu tempat buruk ke tempat yang lebih
baik. Biar kita bisa lihat apa yang udah kita lakukan, kita bisa nilai sejauh
mana manfaat kita untuk sekitar. Kenapa kita susah maju? Karena kita
kurang menghargai ilmu, udah ditulis, dibukukan sama penemu-penemu kita yang
hebat, tapi kita gak mau baca, karena mendewakan kemalasan. Naudzubillah..
mulai aja pelan-pelan. Follow orang-orang yang berpengaruh, baca biografi nya,
seperti Rasulullah salallahua’laihiwassalam, khadijah, dan banyak contoh-contoh
panutan yang bisa kita ikuti jejaknya. Apa kebiasaanya, gimana caranya
beliau-beliau bisa menajamkan pikiranya. Lalu minta ke Allah. Yang mempunyai
ilmu, agar Allah mudahkan ilmu itu masuk kedalam hati kita. Udah gitu aja. Ini hanya
perkara mau atau tidak mau.



Bagus kali kak tulisannya, memotivasi banget. Ditunggu tulisan brikutnya Ya kk 🤗
ReplyDeleteTerimkasih.... insya allah ya dear
Delete