FRIENDSHIP : Aku, Kamu, jadi Kita.

pict. google

          
Teman itu selalu ada saat senang maupun susah. dan tak banyak orang yang berhasil menjadi teman baik untuk kerabatnya, semua memiliki jam tayang masing-masing. Kali ini aku pengen cerita sedikit tentang teman sejawat yang lama-lama menjadi teman dekat, bahkan keluarga kecil menurutku. Dunia kampus ternyata ngga hanya mendidik untuk menjadi sarjana yang cakap, namun juga berhasil buat pola pikir berubah secara bertahap. Sebenarnya udah lama kepikiran untuk buat catatan kecil tentang ini, tapi moment yang tak mendukung menjadi faktor penghalang paling wahid dalam bab ini. Berawal dari kegiatan (FARM/ Forum Aktivis Rohis Mahasiswa) kami ketemu tak sengaja agaknya. Disana juga jadi awal kami bangun komunikasi sesama ‘cewe’ yang notaben  nya (toekang ngomoeng) ngumpul, jadilah KLOP.

Aku, ojan, merna, lini, dan cici. Yang awalnya jaim setengah mati, dan kontrol maco kelas tinggi. Gak pernah mikir bisa bertahan sampai tiga tahun, walaupun gak jarang berbenturan pendapat dan gak mau ketemuan kalau lagi gak pas, ini cara untuk menetralisir keadaan yang buruk. Dan setelah hati cewe yang sering labil ini nyaman, baru kami ngumpul di satu tempat untuk ceritain rasa dongkol yang datang tanpa diundang. Aku pengen bilang, makasih sama kalian yang udah sabar dengan segala hal buruk/aib, yang gak jarang buat kepala panas dan hati gak enak.\

(Ojan) yang selalu sabar dengerin curhatan kalau aku lagi kacau balau, dan selalu sabar untuk dengerin bacaan Quran yang sampai sekarang masih ponten 7. Selalu bilang, ‘iga.. kalau iga baca Quran nya bagus atau gak bagus, malaikat selalu dengerin bacaan iga, karena malaikat gak bisa baca Quran, jadi jangan bosan belajar ya sayang’. Yang suka chat kalau aku itu ngilang tanpa kabar, dan sabar kalau aku lagi moody akut. Ojan juga yang ngajarin untuk baca doa sebelum salam, yang belum hapal bahasa arabnya sampai sekarang. Dan bilang kalau dunia ini gak ada apa-apanya dibanding surga. Ojan… makasih banyak ya sayang. Jangan bosan untuk bantu iga belajar.

(Merna) anak yang gak pernah capek untuk bantu aku jaga aurat, selalu sabar dengan bantahan aku yang malas pake kaos kaki kalau keluar malam, karena udah pake sandal yang ketutup. Selalu mau nunggu aku nyari kaos kaki lama-lama, padahal aku sengaja! biar langsung dia bilang “udah ga yuk, gapapa”. Tapi gak pernah keluar kata itu dari bibir nya, sekalipun. Teman mejeng yang asik. Dan yang paling oke lagi, kami sama-sama gak gila makan, wkwkwk

(Lini) kawan kamar selama 2 tahun, yang sabarrrr ngadapin aku kalau cerewet liat kamar berantakan, marah kalau keset kaki kotor, dan banyak lagi keburukan-keburukan yang tetap tak dibantah nya, Lini ngajarin untuk bisa sopan sama orangtua, gak pernah ngejawab omelan aku yang gak jarang ‘pedas’, uhibbukifillah liniiii.

(Cici) gadis Aceh tulen yang penyabarrr luar biasa, selalu ingatin jadwal kuliah aku (karena aku sering lupa jadwal kuliah), padahal dia yang selalu telat ngampus #hadeuh paling gampang kalau aku ajak jalan, karena memang suka banget jalan, cici ngajarin aku untuk bisa menjaga perasaan orang lain, gak pernah menggurui dengan cara buruk. Selalu anggap aku kawan baik, dan sabar antarin aku kemanapun aku mau, cici makasih yaa… udah sabar selama ini, kita bukan teman ci, tapi udah kaya keluarga.

Sekarang baru sadar, kenapa Allah beri kelulusan di kampus ini, setelah semua kegagalan di kampus ternama lainya di Indonesia. Allah mau ngajarin aku untuk bisa belajar Islam secara kaffah. belajar ngaji, belajar jaga aurat, belajar taat orangtua, belajar percaya sama Allah secara utuh, juga belajar menghargai, dan disini Allah benar-benar tunjukkan kekuatan islam yang gak pernah pandang bulu. Mereka yang menjadi bagian dari “Hijrah” ku. Mereka yang ngajarin aku untuk nutup aurat secara bertahap, mereka yang ngajarin aku untuk batasi pergaulan dengan laki-laki, mereka yang ngajarin aku tentang islam pelan-pelan, mereka yang gak pernah malu bilang ke orang lain, “iga itu kawan kami!”.
Mereka yang gak pernah marah kalau aku ngambek gak jelas. Mereka yang selalu sabar ngurut dada dengar omongan aku yang gak jarang memilukan, dan mereka yang nguatin aku untuk terus memperbaiki diri. Kenapa baru nulis ini sekarang? Karena sekarang kami benar-benar udah pisah jarak yang jauh, cici lulus magang di Australia, lini juga lulus magang di Kediri, ojan sama merna KKN di gayo lues, sedang aku sendiri menjalankan program KKN di Simeulue.

Disini, setelah aku ketemu dengan teman kelompok yang hanya 1 cewe. Baru sadar, kalau ternyata selama ini Allah udah pertemukan aku dengan gadis-gadis luar biasa, yang menguatkan proses hijrah ini. Di KKN juga Allah hadiahkan teman kelompok yang baik banget, ada Farra. Qoriah yang punya suara syahdu ketika membaca Al-Quran, ada bg Montes. Koordinator yang paling sedikit jatah tidurnya, dan paling pertama ngajak sholat jamah di masjid. Ada dico, cowo angker, tapi punya sifat baik dan humoris, gak pemarah sama sekali. dan Dian. Yang punya kesetiaan nungguin kita kemanapun dan kapanpun. Sekarang rasanya, Allah udah gak pernah pilihin hal yang buruk untuk aku. Walaupun gak jarang, keluhan keluar dari bibir yang penuh dosa ini.

Friendship. Bukan sekedar besties. Tapi benar-benar keluarga yang terbentuk tanpa ikrar apapun, semua terjalin dengan rasa ikhlas dan tulus dari hati yang keluar tanpa sadar, teman itu, luar biasa! Keluarga kedua setelah keluarga dirumah. Selalu punya cara sendiri, untuk kita bisa nyaman dan aman dimanapun dan kapanpun, tanpa syarat. Dan ketika kita berbuat baik kepada orang lain, Insya Allah kita juga dapat yang baik-baik, percayalah!
#ininulispasKKN #uploadpascaKKN

Comments

Post a Comment