Pass-Port



Awal dari perjalananku ke luar negeri adalah hari ini, 7 juli 2017. aku terpilih dalam seleksi Student Mobility ke Negara Gajah Putih Thailand, tepatnya Thaksin University. Bertepatan dengan hari akadnya bang Muzzamil Hasballah qari yang terkenal itu! Hari ini terlalu sulit untuk kulupakan sebabnya apa? Banyak kejadian-kejadian aneh yang datang menemaniku. Untuk membuat satu buku hijau dengan beberapa lembar halaman itu yang sering dikatakan orang dengan “paspor". Aku berangkat dari rumah pagi-pagi sekali sekitar jam 06.45 wib dengan sepeda biru kesayangan, tujuanya adalah kantor imigrasi di jalan daud berueh itu. Kukebut sekencang mungkin agar aku tidak telat dan takutnya nanti bakal antrian lama. Kumulai penat dengan mendayung pedal itu, namun aku hanya mengucap istighfar. Sebenarnya ada angkutan umum yang bisa ku tumpangi, namun aku takut terlambat. Karena di halte bus belum ada yang satu pun yang muncul.

kuserahkan kembali urusanku kepada-Nya yang maha perkasa “Lahaulawalaquataillabillah”. Tetiba saja rantai sepedaku rusak! dan aku coba memperbaikinya walau kesulitan, mulai kukutak-katik dari bagian sisi depan, belakang, samping kanan dan kiri, namun hasilnya nihil tangan ku hitam semua. Tetap saja ia tidak baik-baik seperi semula. Akhirnya kuputuskan untuk meninggalkanya di depan toko florist yang masih tutup dan aku menghentikan labi-labi (kendaraan umum di Aceh) dan tinggal begitu saja si biru, kutitip pada Allah. Dan benar saja Allah memberi pertolongan dengan cara yang unik.

Sampai di gedung imigras kelas 1 ternyata kantornya belum buka dan aku adalah pemohon pertama yang baru hadir! Aku mondar- mandir keluar masuk dan tetap saja tak kujumpai seorang pun disana padahal sudah pukul 7.30, tak lama langsung saja ramai dan petugas sudah membuka pelayanan. Ketika mengisi biodata ternyata aku kelupaan memotocopy akta kelahiran dan melampirkan materai untuk surat pernyataan. Kulirik kanan kiri apakah ada yang senasib sepenanggungan denganku. Alhamdulillah ada! Kuhambat mobilnya dan aku ikut denganya, dia baik sekali sungguh.

 Masuk berkas dan akhirnya tiba giliranku, namaku dipanggil oleh loket antrian, masuk sesi wawancara dan terjadilah insiden kecil disana. Petugas memperhatikan khimar yang kukenakan dan lamat-lamat ia memperhatikan wajahku.

Kamu mau kemana? Tanyanya” –saya mau ke Thailand pak sahutku!

Dalam rangka? “ pertukaran mahasiswa pak, jawabku datar.

Apakah ada surat rekomendasi yang dikeluarkan oleh pihak kampus?

“tidak ada pak. Dan blegg.. pertanyaan demi pertanyaan bermunculan yang jawabnya sebenarnya telah kujelaskan dari awal hingga petugas disana memanggil kepala bagian lintas yang aku juga tidak paham buat apa.

Dan sekarang jelas proses pembuatan pasporku terkendala gara-gara pakaian yang kukenakan, tak menjadi masalah buatku disuruh pulang dan membawa surat yang mereka minta itu, KTM yang kulampirkan agaknya kurang dipercaya oleh mereka. Memang ada apa dengan pakaianku? Menurutku tidak seperti teroris atau jaringan isis atau apalah yang sekarang sedang marak itu. Tidak terlalu gelap dan bahkan aku juga pakai sneakers netral yang manis. dan aku juga tidak mengenakan niqab! Ahh entahlah! Kuturuti saja. Demi kenyaman bersama katanya. Aku mengangguk dalam karena mengahargai petugas itu.

Aku berharap dapat mendapatkan buku hijau yang kecil itu hari ini, ternyata tidak bisa walaupun mereka telah menyelesaikanya, memang aku terbilang melanggar aturan tulis yang tertera disana, “ pengambilan paspor  3 hari kerja setelah pembayaran” tapi aku juga baru dinyatakan lulus dan langsung kucoba selesikan secepatnya mengingat jadwal terbang terhitung beberapa hari kedepan. Kudiam dengan semua kata-kata yang mereka sampaikan, yang tujuanya adalah baik namun dengan cara yang menurutku tidak ramah. Apa yag salah dengan penampilanku? Ahh sudahlah memang sudah begitu rencana Allah untuk menguji kesungguhanku dalam menuntut ilmu, Allah itu baik, aku percaya itu, libatkanlah Allah dalam hal apapun, kuingat pesan murabbiku, dan hatiku dingin kembali.

Kuminta nomor paspor yang sudah selesai itu dan mereka memberinya.  Kuucap terimakasih dengan takzim dan aku pamit undur diri. Kuraih kunci motor yang tadi kupinjam dari administrasi jurusan, sungguh beliau baik sekali, meminjamkan motor barunya untukku. Pulang kekampus dengan membawa secarik kertas bertuliskan nomor paspor baru, kuantar ke pihak dekanan untuk registrasi online calon delegasi. Aku pulang kerumah dengan penat yang maksimal. Mataku merah karena lelah. Kucoba tiduran namun ada hal yang terlupa! Sepeda.. Ahh.. si biru masih tertinggal di ruko yang tutup tadi pagi, ku pergi kesana yang jaraknya sekitar 2 km dari kosanku.

Ruko itu telah dibuka dan berjejer papan bunga disana, kuambil dengan mengucap terimakasih kepada pemilik toko dan dia tersenyum ramah. Kucoba memperbaiki ke bengkel yang tepat bersebelahan, “disini bengkel  motor bukan sepeda! Ucapnya. Hatiku ngilu. Kucoba perbaiki sendiri dengan obeng yang terselip disaku tasku, dan 2 menit, 3 menit, 5 menit, bisa! Alhamdulillah. Kudayung pedal itu dengan mantap sampai tiba dirumah. Sedikit ujian terkadang membuat kita bisa sigap dalam mngambil keputusan, dan mendidik menjadi pribadi yang lebih berani, serta merasa bantuan Allah itu akan sangat dekat. Wallahu’alam

 

Banda Aceh 7 juli 2017

 



Pass-Port itu, ini dia :D


temen delegasi dari malaysia, tahiland, dan jepang

opening ceremony, dokumentasi delegasi





Comments

Post a Comment